08 September, 2011

Sententia

I know I always use latin words for each of my posting on this blog.
And if you now wondering what is "Sententia" means.. Well, it means a "Suggestion". 
Suggestion berarti saran/ide/pemikiran yang direkomendasikan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi atau bermanfaat bagi orang lain.

Dalam Bahasa Indonesia tentunya kita mengenal kata "Sugesti". Mungkin arti Suggestion dalam Bahasa Inggris memang tidak ada kaitannya secara makna atau harfiah dengan kata Sugesti dalam Bahasa Indonesia. Namun lucunya, menurut saya suggestion/saran dari orang lain baru akan benar-benar bermanfaat jika kita men-sugesti diri kita untuk meyakini "kemanjuran" dari saran tersebut.

Misalnya jika kita percaya bahwa hal yang disarankan atau direkomendasikan itu 'nampak' benar dan meyakinkan, otomatis kita akan melakukannya dan timbul sugesti bahwa kita memang benar-benar merasakan manfaatnya. Faktor siapa yang memberi saran juga sangat berpengaruh.

Saya lebih suka menyebut saran dengan "tips" :) terdengar lebih ringan, simple, akrab, dan lebih mudah diterima.

Well, in this post, I would like to share some tips for all of you, readers. Semoga bisa dipercaya, diyakini, lalu dapat berguna dan bermanfaat. :)

Tips pada posting-an kali ini adalah tentang pernikahan. Tak perlu diragukan lagi, dalam setiap hubungan antar manusia, apapun itu, pasti terjadi konflik di dalamnya. Pasti ada masa-masa dimana semua terasa sulit dan kadang berat. Dimana letupan emosi tak dapat dibendung lagi. Terlebih lagi dalam pernikahan. Saya termasuk orang yang percaya bahwa semakin dekat hubungan interpersonal antar manusia, akan semakin banyak pula konflik yang terjadi. Kalau saya dekat dengan seseorang, jika belum terjadi konflik atau sedikit cekcok, maka berarti belum akrab benar namanya. "Tak ribut maka tak sayang", istilah saya. :D
Dalam ilmu komunikasi pun jelas dikatakan bahwa konflik dalam hubungan itu sehat asalkan dalam porsi atau takaran yang pas. Justru hubungan tanpa adanya konflik sama sekali (the absence of conflict) adalah suatu hubungan yang tidak sehat atau tidak normal.

Tentu semua pasangan menikah menginginkan pernikahan yang langgeng, awet, dan bahagia. Saling setia dan mesra hingga akhir hayat. A long lasting and happily-ever-after marriage. Sulit? Memang. Tapi tidak juga JIKA anda bisa menerapkan tips yang satu ini. ;)




Tips ini saya dapatkan dari sepupu saya sendiri. Sepupu-sepupu saya dari pihak Papa memang banyak yang sudah menikah. Sedangkan sepupu-sepupu saya dari pihak Mama, baru saya seorang saja yang menikah (karena dari kami ber-sembilan memang saya yang tertua). 

One day, few years ago, saya menginap bersama Y (sepupu saya) di rumah P (sepupu saya yang sudah menikah). Kami bertiga memang seumuran dan paling akrab diantara puluhan sepupu-sepupu lainnya karena umur kami memang tak terpaut jauh/'sepantaran' (ya, sepupu saya dari pihak Papa memang mencapai puluhan karena ibu dari Papa saya memiliki anak delapan orang! Pun masing-masing memiliki minimal 3 anak. Ada yang bahkan 5!) :)

Sudah puas makan malam di luar, jalan-jalan, dan ngobrol ini-itu bertiga sampai tengah malam, ketika akan memejamkan mata di malam hari, sepupu saya sebagai satu-satunya diantara kami bertiga yang sudah lebih dulu menikah mulai bicara serius tentang pernikahannya (ketika itu saya juga belum menikah, sama seperti Y).

"Kalian tau ngga suamiku bilang apa waktu malam pertama?"
Saya dan Y cekikikan. Kami pikir, "Wah... Bakal 'jorok' dan mesum nih omongannya"
"Eh.. Ini mau ngomong seriusss! Ga bercanda! Yah, someday kan kalian bakal nikah juga toh. Ini tips oke lho. Supaya bisa awet rumah tangga sampe kakek-nenek dan sampe mati. Asal bener-bener dilakuin sih."

Kami pun jadi penasaran. Well, kalau sarannya dari sepupu kami si P ini yang umurnya tidak jauh beda dari kami berdua sih saya dan Y tak yakin mau mendengarkan baik-baik. Tapi berhubung saran yang akan diungkapkan P ini dari suaminya, yang kami kenal memang sudah jauh umurnya diatas kami bertiga, orangnya juga bijak (wise) dan 'matang' (mature), kami mendengarkan dengan seksama.

"Suamiku bilang, tips pernikahan yang awet sebenernya hanya satu kok. Setiap kali ada konflik/masalah/cekcok sampe ribut gitu di hari ini misalnya. Entah itu siang hari atau sore atau malam, maka besok paginya ketika matahari di hari yang baru udah terbit, lupain semua itu. Lupain semua amarah dan emosi yang tumpah ketika ribut-ribut kemarin, lalu sapa pasangan kita di tempat tidur pagi itu dengan senyuman. Jangan masih cemberut atau menggerutu. Tapi bener-bener senyum tulus lalu bilang, 'Pagi sayangku'. Gituuu.."

That suggestion is really simple, I know. Sederhana. Singkat. Padat. Jelas. But isn't it crazy?
Intinya apapun masalah yang terjadi kemarin, buang, hapus, musnahkan, maafkan, lalu senyum dan mulai hari yang baru dengan senyum baru. Tapi coba anda praktekan! Luar biasa sulitnya. Luar biasa sakitnya.
Terlebih bagi manusia "ambegan" tukang ngambek nomor satu seperti saya. :p
Saya memang tidak percaya zodiac, tapi para Cancerian seperti saya memang mayoritas jagonya ngambek dan super sensitif. Kalau sudah ngambek, saya maunya dirayu-rayu sama suami. Boleh dengan elus-elus rambut atau kulit sambil berkata-kata manis, kalau lagi jauh, bolehlah lewat telepon atau BBM. Pokoknya maunya dirayu dan dimohon-mohon. Pasti saya lumer. Ini salah satu bukti otentik BBM dari suami ketika saya sedang ngambek beberapa hari lalu. :p


Ketika mendengar saran itu, saya tak hentinya berpikir: yah, mungkin kalau kita ini android atau robot yang bisa begitu saja diprogram untuk men-delete semua data tentang kejadian di hari kemarin dan mulai dengan 'lembaran kosong' lalu di-input data-data baru di hari ini sih gampang saja kemarinnya bertengkar berurai air mata sampai mata bengkak lalu esoknya tersenyum bahagia seolah tak ada apa-apa. Tapi kita ini manusia lho. MA-NU-SI-A. Yang punya hati dan perasaan untuk memendam amarah dan emosi jiwa. Kedua hal itu tak mudah diredam atau padam begitu saja dalam waktu kurang dari 24 jam lalu sekonyong-konyong sirna karena matahari baru telah terbit dari ufuk timur! Helloooo!
We're only human. 
We're just ordinary people, kalau kata Om John Legend.

Berkali-kali saya gagal menerapkan tips yang satu itu. Namun voila! Perlahan-lahan saya belajar waktu demi waktu. Mencoba mendewasakan diri dengan belajar sedikit saja... sabar.

Few hours ago, I tweet: "Ketika cinta berbicara, persetan dengan gengsi dan embel-embel lainnya."

Last night I had some really terrible night. Me and my husband started to argue things up.
Hal sepele yang lama-lama merembet ke hal lain dan jadi besar. Typical.
Saat ini memang kami berdua sama-sama sedang butuh perhatian extra. Saya dengan kandungan 9 bulan saya yang mulai sering mulas-mulas dan sakit-sakit semakin sensitif dan menjadi-jadi. Begitu pula suami saya yang tiba-tiba terkena cacar air dan saat ini dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Blok M, Jakarta Selatan. Dia memang belum pernah terkena cacar air sejak lahir. Dan tiba-tiba saja sekarang cacar air menjelang anaknya lahir. :(

Karena sedang hamil, saya jadi sama sekali tidak diperbolehkan menjenguknya. Padahal suami di Jakarta tapi bahkan saya melihat pun tak bisa. Padahal sebagai istri, saya ingin sekali ada disana, merawatnya sebagaimana dulu ia merawat saya ketika saya sakit demam berdarah beberapa minggu sebelum pernikahan kami. Saya ingin menemaninya ke toilet agar tidak kesulitan dengan infus ditangannya. Ingin menyuapinya makan dan mengambilkan minum. Ingin menghibur dia dan menginap disana menemaninya. Mengupasinya buah-buahan sebagai cemilan. Pokoknya tidak mau kalah dari suster. Saya dan suami beda golongan darah. Dan umumnya saya selalu kuat dan kebal dengan berbagai penyakit menular. Dulu juga ketika adik ipar saya cacar, saya sering menemaninya lama-lama di kamar. Makan kepiting berdua sambil berdekatan. Pernah saya menyentuhnya tapi alhamdulillah tidak tertular tuh. Konon, orang dengan golongan darah O memang lebih 'kuat' dan jarang terkena penyakit-penyakit menular. Asalkan saya sedang fit, saya tidak pernah tertular penyakit orang lain meskipun berdekatan. Namun saat ini kondisi saya  hamil tua dan berbahaya bagi janin jika saya sampai tertular virus cacar. Virus cacar pada janin menyerang indera pendengaran. Dokter saya pun bilang, di RSPI (Rumah Sakit Pondok Indah) saja banyak kasus bayi lahir tanpa memiliki telinga (benar-benar rata tanpa ada lubang telinga dan daun telinga) atau kadang ada pula bayi yang lahir tuna wicara (gagu) karena si ibu terkena cacar air ketika mengandung. Memang sih tiap bayi memiliki daya tahan tubuh yang berbeda. Ada pula yang lahir sehat-sehat saja meski ibunya pernah terserang cacar air ketika hamil. Namun dokter dan seluruh keluarga 'mencari aman' dengan melarang saya bertemu suami saat ini hingga suami dinyatakan sembuh total.

Sama-sama saling 'depresi' dan sebetulnya saling rindu teramat sangat memang kerap kali membuat kami berdua, si pasangan muda 'agak ababil' ini, jadi mudah tersulut emosi saat berbicara di telepon. Rasanya sambungan telepon sampai kapanpun memang tidak dapat menggantikan tatap muka langsung (face to face), secanggih apapun itu video call or skype or whatever those technology named with. 
Mimik muka dan sentuhan langsung ketika berbicara akan ribuan kali mencegah dan meredam konflik daripada melalui alat (device) secanggih apapun itu.

Terima kasih kepada tips tersebut yang kini mengingatkan saya untuk nisa membuang semua rasa gengsi ke 'tempat  sampah' and let the love talk first. Malu rasanya jika sudah suami istri tapi masih mementingkan gengsi. Perlu diingat, gengsi berbeda dengan harga diri. Gengsi itu harga diri buatan atau palsu yang sebenarnya tak berarti namun kita lebih-lebihkan atau mengagung-agungkannya. Misalnya: Sok tak butuh padahal butuh. Sok tak rindu padahal rindu.

Hari ini, matahari baru berhasil menerangi hati saya. Untuk begitu saja menyapu bersih segala rasa kesal, marah, sebel, benci, dan sedih serta sakit yang semalam begitu mendera di dada. Yang rasanya mendidih hingga ke ubun-ubun lalu tumpah dan meledak melalui air mata. Sesenggukan semalaman sampai tertidur. Namun ketika pagi tadi suami menyapa melalui BBM.. Sejenak ada pikiran 'setan' untuk ignore, nyuekin, dan membiarkan saja seolah tak di baca. Namun teringat si tips "matahari baru senyum baru diatas".. Malu rasanya. Saya istrinya, saya memang cinta, saya memang butuh, dan saya memang luar biasa kangen padanya. Ia suami saya tersayang, satu-satunya, insyAllah seumur hidup saya ingin bersamanya. Kenapa harus ngambek-ngambek dan gengsi ga jelas sih? Apalah gunanya semua itu selain hanya memperpanjang dan memperluas konflik.

Saya tersenyum, melapangkan hati dan membalas, "Hai sayang. Gimana kondisi ayank hari ini? Udah enakan?" :)

Kalau dibilang tapi tetap saja suami yang BBM duluan..... Well.... itu yang mungkin saya sebut harga diri sebagai istri. Huehehehehehehe. *teteupppp* ;p

Mengutip perkataan adik ipar saya: "Wanita minang harga dirinya setinggi matahari!" :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar